Pinta Cinta

Pernahkah kau terkagum hanya dengan baru sekali pertemuan? 

Sekali tanpa terencana. Dua kali kemudian oleh semesta dengan sandiwaranya yang kompleks.

 Beberapa kagum memang harus disyukuri keberadaannya, menjadi secangkir puisi yang siap kau teguk. 

 

Dokumentasi Pribadi


Aku Cinta. Aku tinggal di negeri para raksasa. Di negeri ini, kami mempersembahkan karya. Aku juga seorang tabib di negeri ini. Pekerjaanku sehari-hari menenun puisi di sore hari, setelah sebelumnya mengobati orang memakai ramuan-ramuanku di pagi hari.

Kemarin, Aku bertemu dengannya. Si matahari, sang merah kesumba. Dari kejauhan aku menatap dia yang tingginya beberapa satuan lebih tinggi dari padaku. Dia menghampiriku dengan setelan kemeja batik lengan panjang dan celana bahan ala kantoran lalu mengambil posisi duduk di sofa pojok ruang kerja megahnya. Aku mengamatinya, dia balik menatapku. Dibalik kacamata yang dia kenakan dia menatapku seraya memohon, "Dok hidung yang di swab boleh nggak satu lubang hidung saja?"

Cinta terpana sepersekian detik. Cinta mengagumi pemandangan di depannya. Cinta pikir, karena beberapa bagan episode di masa lalu ia tak kan pernah bisa mengagumi lagi.

Selepas pertemuan itu aku mencari tau tentangnya. 

..........

Setelah mengetahui kenyataan, aku memilih untuk diam. Menjadi bayangannya. Dia matahari, aku bayangannya. Tak berucap apa-apa dan hanya menyaksikan. 

Orang yang terkagum secara diam-diam harus bisa melanjutkan hidupnya dalam keheningan. Karena matahari merah kesumba berkuda putih tak selalu harus segera datang bak dongeng-dongeng masa lalu. Orang yang mengagumi secara diam-diam harus mampu tersenyum lebar walau bagian dalamnya teriris. Jatuh cinta itu fisiologis, jatuh tak pernah bisa memilih.

Beberapa pinta hanya bisa dipendam sendirian. Lalu pada malam yang lebih gelap dari biasanya, ada senar-senar kekecewaan yang mengalun. Ada kagum yang pada nantinya akan segera habis. Lalu berganti menjadi perasaan datar.

Aku disini, tak kan pernah sebagai penyebab tawamu. Kita hanya bagian kenangan yang sebentar lagi akan usai. Karena aku tau, kamu matahari yang sudah memiliki langit. Langit yang akan membawamu pulang karena pulang adalah dimanapun adanya kamu dan dia.

***

Namanya Cinta, dia sedang jatuh dan menjadi jatuh cinta. Jatuh cinta membuat sesuatu di dalam hatinya menari-nari. Detak jantung berpacu cepat, bait-bait doa tiap malam terangkat.

Alamatnya di negeri para raksasa, walau sebenarnya belum rampung dibangun. Nomor telepon tidak ada, karena belum ada sinyal disana.



A Poem by: Dewi Arianna Manullang


Share:

0 comments

Halo silahkan tinggalkan komentarnya ya kak❤ Pastikan kakak menggunakan akun Gmail jika ingin meninggalkan komentar ya kak ❤