Dewi Arianna Manullang
  • Home
  • BLOG
    • #Dear Journal
    • Kesehatan
    • Poem
    • Foodie
  • Sinema&Drama
  • Partnership
  • REVIEW
  • Contact Me
    • Twitter

 

27 Oktober 2023, pada musim panas dan terik di Jakarta Utara, hari terakhir dari rangkaian pelaksanaan Akreditasi Klinik yang melelahkan, disitu ia pertama kali muncul. Rasa gugup pasti ada namun ntah mengapa tak terlalu besar, tapi rasa penasaran sangat mendominasi. Karena dia adalah sosok yang kukenal sudah sejak pertengahan tahun 2018 lampau, yang karena peraturan alam semesta kami hanya baru boleh berjumpa sekarang. Lagian tak masalah jika berawal dari perasaan penasaran, bukan? Karena yang tak pantas adalah jika diawali oleh sebuah nafsu.

Pertemuan berlangsung biasa-biasa saja. Hingga kita sampai pada pertemuan kedua, di sebuah toko donat. Aroma harum dari kue-kue manis bercampur wewangian latte yang sedang diracik, bersemburat di udara, mengalir dan terhirup oleh pengunjung. Hangat, sehangat suasana perbincangan di salah satu meja di lantai 2. Kita berbicara tentang hal apapun, dan entah apa ingat, disitu secara tersirat kau memujiku cantik. Malamnya saat kau mengantarku pulang ke depan lobby apartemen, langit hitam berarak tinggi, seperti ada semburat bintang jatuh melesat di angkasa, aku mulai merasakan sesuatu. Suatu yang tak wajar. Ada yang bergejolak di dalam dada, berdetak pesir, hangat, candu..

Setahun kita berjalan beriringan, aku mendampingimu semaksimal yang kumampu, bersama menaiki tajam dan curamnya roller coaster kehidupanmu saat ini. Aku tidak dapat merasakan sebagaimana para perempuan lain yang terlebih dahulu kau kencani. Kau bahagiakan mereka tanpa mengenal batas. Sementara disini aku, menerima keterbatasanmu hanya untuk menjadi kesia-siaanmu. 

Kau menyakiti perasaanku dengan kata-kata yang tak semestinya, sampai detik ini kata maaf pun tak pernah berucap dari mulutmu. Kita saling berteriak penuh amarah, hal yang seharusnya tidak dilakukan olehmu yang selalu meninggalkan wangimu di pakaian yang kukenakan tiap kali kita berjumpa. 


Aku tahu Tuhan yang memberi jalan, dan aku yang menjalani.  Aku tidak akan mengkambinghitamkan Tuhan jika saat ini aku salah jalan. Aku akan menyalahkan diriku yang memilih jalan ini. Aku maafkan, atas semua kata-kata kasarmu, yang masih membuat luka di dadaku sampai saat ini. Tapi, mungkin ini adalah sebuah sudah. Cinta yang mungkin sudah saatnya selesai.

Tuhan yang menciptakan cinta, dan aku yang menjatuhkan cinta tersebut padamu. Aku percaya ini bukan sebuah kesalahan, karena waktu yang mengantarkanmu untuk bertemu dan memelukku tidak pernah salah.

Namun, mungkin bukan kamu nya yang salah, tapi lajurnya. Lajur yang mengantarkanmu padaku, sudah berhenti.




Januari. Tulisan ini didedikasikan untuk Januari. Bulan spesial. Bulan nya Saya. Mungkin tak cukup spesial bagi semua orang. Tapi hal itu berlaku untuk saya.


Tiga puluh tiga tahun genap hidup di dunia ini, masih banyak hal-hal yang belum dicapai. Hal yang diam-diam masih dilangitkan, naik ke angkasa, sampai ke para penguasa. 

Tiga puluh tiga tahun, pertama kali menginjakkan kaki di klub malam, mulai menikmati saat-saat tak dapat berpikir jernih karena alkohol yang menghanyutkan, melebur bersama dendang musik DJ dan tarian-tarian yang semakin larut biasanya semakin liar. 

Tiga puluh tiga tahun. Putus. Atas semua keputusan yang diambil, semua luka dan kekecewaan. Tak boleh berpikir kenapa harus putus, namun bagaimana kalau tidak putus-putus. Kata nenek moyang, balikan sama mantan itu sama seperti berusaha memasang mematut kembali serpihan cermin yang tlah pecah. Mau diusahakan bagaimana pun, sudah rumit dan berjejas.

Tiga puluh tiga tahun. Berani keluar dari lingkaran pertemanan toksik. Berani berkata tidak. Karena tak semua teman kehilangannya patut ditangisi. Tidak semua orang dapat menjadi teman. Teman adalah sosok penuh kasih yang mengerti batasan-batasan yang kita buat tanpa bertanya mengapa, hanya perlu cukup diam memahami tanpa perlu tau apa. 


Januari menjadi kelam seketika karena puncak kejenuhan atas lingkaran toksik, tapi saya disadarkan kembali. Tuk melihat sekeliling saya. Tuk fokus pada berkat. Yaitu ada mereka, orang-orang gila yang dihadirkan Tuhan ke hidupku. Dimana mereka sudah melihat wajah asliku tanpa make-up dari lagi pulas tertidur sampai bangun tidur dengan rambutku yang terangkat bagai singa. Dari yang terbirit-birit pagi hari ke kamar mandi kantor karena belum mandi dari rumah, sampai sudah memoles diri hingga seantero penghuni kantor mencuri pandang.


Tiga puluh tiga tahun. Mulai semakin kukuh mengejar cita-cita. Saya tau jalan yang akan saya lalui berbeda dengan yang lain. Jalan yang banyak bebatuan dan bebukitan untuk ditanjak diikuti jurang dalam yang entah mana dasarnya pun mungkin harus saya jalani. Tapi saya tau bahwa Tuhan berjalan di samping saya, di belakang saya dan di depan saya. Saya bisa bersandar kepada Nya. 


Di usia segini dan kondisi finansial yang begini, menurut akal manusia saya mungkin saya tidak akan pantas melanjutkan sekolah. Tapi tidak ada salahnya mencoba dulu. Kenapa saat saya bertanya kepada Nya tentang prodi apa yang harus saya ambil, perkataannya seolah jelas mengarah ke suatu spesialisasi tertentu. Pintu yang tadinya tergembok rapat itu pun, mulai terbuka sedikit demi sedikit. 


Saya hanya perlu tetap mengingat bahwa meskipun saat ini saya tertatih-tatih, tidak ada pilihan lain selain terus maju. Bagaimana saya ingin turut maju dan menjadi berkat lebih banyak lagi di bidang spesialisasi tersebut. 

Saya bersyukur atas pekerjaan yang diberikan, walau terasa lelah, namun pekerjaan ini adalah yang dari dulu saya panjatkan doanya. 

Saya bersyukur atas pintu-pintu yang mulai terbuka, semoga menjadi jalan bagi saya untuk masa depan yang selaras dengan kehendak Tuhan. 


Happy Birthday, Me!!!!!


 Waktu menunjukkan hampir pukul 5 dini hari. Subuh. Hening. Tapi tidak dirumahku, alunan musik dj berkumandang kencang. Beberapa hari ini saya menyukai aliran musik dj, meskipun setelah 32 tahun hidup saya tidak pernah ke diskotik atau club manapun. Tapi, kesukaan terhadap musik dj tak serta merta karena kita pernah ke club, bukan?

Kembang api bersemburat, berkibar di udara. Ini malam pergantian tahun. Banyak harapan dipanjatkan, banyak doa dilangitkan. Tak berbeda dengan saya, tentunya.

Tahun baru ini, saya akan mulai mencoba meraih mimpi-mimpi saya. Bukan untuk pencitraan maupun untuk lari dari masalah, nemun untuk membantu orang lebih banyak lagi, lewat mimpi saya itu. Pikiran terlalu melayang jauh, sendirian di rumah, bersama elemen yang membuat melayang, laksana wayang digenggam dalang. 

...Aku berada di angkasa, memohon petunjuk kepada yang kuasa, apakah hubungan itu harus dilanjutkan di tahun yang baru ini, atau berhenti.



-4 Januari 2023, Jakarta, yang sedikit mendung-
Rintik hujan jatuh turun memeluk bumi. Aroma laut teredam sementara, mungkin itu musim yang beberapa hari ini menemaniku dalam menggenapi kenyataan bahwa sudah tiga puluh dua tahun aku dipercayakan hidup di atas permukaan bumi.

Hari berjalan biasa-biasa saja. Menghadiri undangan interview dari salah satu tempat dan sesampai di kantor menenggak sebuah sloki dari atasan. Pizza Limo 1 meter dua kotak, disertai perbincangan saya dengan atasan siang itu.
"dok..dokter jangan pulang dulu ya.."sahutnya, dengan mata menerawang. 


Kali kedua aku merayakan ulang tahun di tempat yang sama, dengan orang-orang yang sama. Tidak ada yang berbeda, kecuali mungkin di ulang tahun kali ini aku sudah memiliki seseorang yang bisa menguras emosionalku. Seseorang yang tak kutahu akan sampai dimana lajunya denganku. Akan tetap berada di jalur yang sama atau akan berbeda jalur denganku di kemudian hari.


Berterimakasih kepada orang-orang yang dihadirkan. Orang-orang yang memberikan berkat, yang mungkin belum tentu bisa kubalas saat ini. Tapi akan kubalas nanti, suatu hari nanti, di kemudian hari. 

Tiga puluh dua bukan lagi bisa dikatakan usia muda. Tapi mungkin belum tua-tua banget juga wkwkwk. 

Saat ini sudah masuk pertengahan tahun. saya tidak menyangka tulisan ini tertunda begitu lama untuk dapat siap saya publikasikan di laman blog saya. Ada hal-hal yang setengah tahun belakangan mencuri perhatian. Kesibukan bekerja tentu menjadi salah satunya. Melamar pekerjaan kesana kemari. Dan saat ini saya akhirnya resmi terpanggil untuk melayani di salah satu Rumah Sakit Swasta di Rawamangun. 

Saat ini saya sudah cukup banyak berubah. Berubah hampir dalam hal apapun. Saya tidak berminat lagi nongkrong selepas kerja sampai larut malam, lebih memilih langsung pulang ke rumah berdiam di kamar menanti pagi. Saya tidak suka berkenalan dengan banyak orang ataupun sekedar berbasa basi jika berpapasan di jalan, ya, saya memilih menghindar, segera pergi dan buru-buru ke tempat tujuan saya atau sekedar mencari tempat persembunyian. Saya mencari sunyi. Ruangan sepi. Tanpa ada siapa-siapa. 

Padahal saya dahulu saya adalah seorang extrovert. Saya suka berdekatan dengan banyak orang. Mendapat energi dari aktivitas sosialisasi. Saya suka mengenal banyak orang, menjalin pertemanan walau hanya sebuah hubungan palsu, hanya sebuah say hello. Ya, dulu. Kini, saya tak merasa harus menyapa orang jika saya sedang malas. Saya lebih memilih melengos dan pura-pura tak melihat. Saya tidak peduli. Entah sejak kapan, perasaan saya seperti mati. Redup. Tidak lagi memancarkan sinar hangat yang ramah yang dulu banyak dikagumi orang-orang. 

27 Agustus 2024, Malam meninggi, Pukul lebih dari 12 Malam. 

Mungkin, saatnya kuakhiri tulisan yang sudah tertunda 8 bulan ini. Ini hanya sebagai jurnal untuk yang ingin lebih mengenal. Karena aku tau, yang benar ingin mengenal akan membuka halaman ini.
 
    











Hiruk pikuk bunyi terompet dari kejauhan, kembang-kembang api yang menunggu memulai semburatnya di udara. Ini tentang malam pergantian tahun.

Cukup istimewa atau biasa menurutku (?). Ini kali kedua aku merayakan malam pergantian tahun di kantor tercinta. Lagu koplo disertai joget sempoyong, bakar ikan dengan sambal kecap. Itu adalah kegiatan yang kami acapkali kami lakukan setiap malam pergantian tahun namun anehnya tak pernah bosan tuk dilakukan. 


Flashback ke belakang sepanjang tahun 2023, tahunnya jatuh cinta dan patah hati. Kembali jatuh hati lagi, disaat aku berpikir aku tak kan mungkin pernah menyukai lawan jenis lagi. Karena sudah terlampau lama berada di jurang dalam menakutkan. 


Di tahun ini, aku juga merasakan penyertaan Tuhan yang luar biasa. Dimana aku bolak balik tinggalin Tuhan dan datang lagi, namun Ia tetap menungguku pulang dengan tangan terbuka. Aku juga mulai turun ke kegiatan pelayanan gereja. Meskipun role yang kuambil masih dalam kategori Mild [baca:ringan] tapi aku yakin Tuhan tidak melihat berat ringannya peran pelayanan gereja. Ia tulus melihat hati kita. Hati yang melayani dan menyembah; bukan hati yang angkuh.

Tahun ini, tahun yang cukup rumit di kantor. Sebagian besar potongan tahun disibukkan oleh persiapan akreditasi Klinik. Akreditasi Klinik merupakan pengakuan terhadap mutu pelayanan klinik setelah dilakukan penilaian bahwa klinik telah memenuhi standar akreditasi. Ada banyak sekali dokumen yang dikerjakan dan perombakan ruangan yang dilakukan untuk mencapai standar akreditasi klinik sesuai regulasi dari Kementerian Kesehatan. Tak jarang itu menyulut situasi panas dan pertengkaran demi pertengkaran diantara kami. Tapi dari akreditasi kami belajar tentang penyertaan Tuhan. Dari akreditasi kami belajar untuk menerima ketidaksempurnaan satu sama lain. Dari akreditasi kami belajar untuk merunduk dan membunuh ego diri, untuk bisa menggenggam erat satu sama lain. 

Bahan penilaian Akreditasi Klinik terdiri dari 3 bab yang jika ditotal bisa mencapai ratusan ratusan elemen penilaian. Hal itu tentunya bukan hal yang gampang. Percayalah aku bukan tipikal orang yang teliti dan rajin-rajin amat. Aku sangat bersyukur punya rekan-rekan yang lebih rajin dari aku (wkwkwkwkwk).


Tahun 2023, penuh dengan pengembangan diri. Menjadi versi diri yang lebih baik. Tentunya dengan anugerah Yang Empunya kuasa tak kasat mata. Aku sudah semakin terbiasa ngomong di depan publik. Banyak hal yang mengharuskanku untuk berani tampil di depan orang dan aku harus dengan terpaksa membunuh segala perasaan takutku. Aku, iya, aku. Tadinya hanya seorang wanita yang paling demam panggung. Sedari jaman kanak-kanak aku selalu ngumpet kalau sudah tiba giliranku harus maju ke depan kelas untuk melakukan suatu hal, entah itu disuruh guru membaca sesuatu atau memimpin doa kelas, pun aku selalu sangat ketakutan. 

Salah satu kegiatan yang terpadat adalah di pertengahan tahun, dalam rangka HUT BHAYANGKARA kami memiliki segudanggg kegiatan. Salah satunya bakti kesehatan di Rutan (Rumah Tahanan) masing-masing kantor. Karena mereka juga manusia, mereka terbuat dari cinta. Mereka berhak mendapatkan kesehatan yang terbaik, sebaik-baiknya umat manusia.

Pelatihan BLS (Basic Life Support), saya dipercayakan menjadi narasumbernya.

Pelatihan BLS (Basic Life Support), disasar untuk orang awam dalam hal ini anggota polri di kantorku. Dimana setiap orang perlu diberi pelatihan ini sebagai tatalaksana awal pada orang dengan henti jantung dan henti napas. Percayalah lima menit sebelum aku mulai presentasi sebagai narasumber, aku terbirit-birit ke kantin buat beli air minum sangking nervousnya.


Tapi selang beberapa saat setelah mulai ngomong, aku mulai enjoy dan menikmati setiap dari momen menjadi seorang speaker. Harus bisa nyantai, dengan harapan para penonton bisa menerima pelajaran yang kusampaikan dengan baik.


 
Pada malam yang semakin dingin, kau purnama yang mengindahkan. Kau buat hatiku getar, disaat aku bahkan tak tau kalau aku masih punya hati. Parasmu mengisyaratkan banyak hal, membuat jungkir balik walau sekarang hanya bisa kujadikan kenangan. 

Aku bekerja di wilayah Pelabuhan. Sudah tupoksi kami untuk memperhatikan kesehatan di wilayah tersebut. Salah satu dari agenda kali ini, memberikan sosialisasi kesehatan kepada para buruh mandiri yang bekerja di wilayah Pelabuhan. 

Pelaksanaan kegiatan Pap Smear di Kantor. Agak hectic pas mempersiapkan ini. Karena kegiatannya berdempet dengan kegiatan sosialisasi di koperasi buruh wilayah pelabuhanku. Ga sengaja nemu candid ini hihihihi thankyou yaaa arra uda fotoin pas lagi lumayan cun.

25 Desember 2023. Di ibadah Natal gereja kita ada tukeran kado acak, tanpa diketahui siapa pemberi kadonya. Lalu aku mendapat sebuah kado yang dibungkus kertas polos putih yang di dalamnya terselip sebuah surat ini. Terima kasih, siapapun kamu.

Traktiran dalam rangka kenaikan pangkat Kurnia. Kalau tidak salah ini sekitar bulan Juli 2023, di Hanamasa Kelapa Gading. Happyyy banget makan sepuasnyaa. Terimakasihh Kurnia :)

Lalu, tepat hari kedua Akreditasi, yang artinya hari terakhir Akreditasi, puncak titik penghabisan kami di Kantor selama hampir satu tahun. Kau datang. Pohon rindang yang teduh. Sebuah rumah yang hangat. Persinggahan yang paling kurindukan. Tatkala malam hari semakin dingin, kau selimut yang membuatku nyaman. 


Lalu jika kamu bertanya kepadaku apa makna tahun 2023 buat aku. Aku akan menjawab bahwa tahun 2023 ini mungkin aku banyak mengalami lonjakan yang tak kualami selama kurun beberapa tahun belakangan. Jatuh cinta dan patah, Sukacita sampai gelapmata. Tidak menampik banyak debar jantung yang hadir di tahun ini, mulai dari suasana panas amarah urusan kantor sampai panasnya adegan kasmaran. Karena cinta berpancaran, sedang singgah dari sekian lama pelayaran. Sejuk, sesejuk tahunnya shio kelinci air.. sehangat para seniman di atelir, memahat pasir dari desir,.. sedamai anak yang duduk di atas kincir, setinggi apapun kincirnya mereka tak kuatir..


Terimakasih 2023. Atas semua kenangan, cinta dan air mata. Untuk pelajaran, proses maupun lukanya.

Beberapa menit sudah lewat, sejak saya telah menamatkan episode terakhir dari salah satu serial barat yang saya simak sejak tahun kemarin, yang bulan lalu baru saja merilis season terbarunya, SEX LIFE 2. Serial Drama barat bergenre erotis yang digarap oleh sutradara Jessika Borsiczky ini sukses mendobrak rating jagat netflix dengan ending yang sangat memuaskan para fans yang sudah lama menantinya.

Di tulisan kali ini saya bukan berniat mau mereview film dari serial ini sih. Saya hanya tak menampik bahwa banyaknya hal yang bisa dipetik dari drama ini. Bagaimana mantan bisa memilih menyikapi segalanya dengan dewasa dalam hal ini seperti yang dilakukan Billie dan Cooper pada akhirnya. 

Semua yang saling cinta ingin hidup bersama, namun beberapa cinta itu juga terlahir dengan garis hidup yang berbeda. Bagaimana kita bisa menyikapinya dengan dewasa, jika tiba saatnya Tuhan berkata lajur kita untuk berada di jalur yang sama sudah berakhir. Bagaimana jika kita sudah tiba pada penghujung persimpangan, lalu dari antara kita ternyata dihadapkan dengan pilihan harus melepas. 

Hidup, penuh dengan jutaan pesona mistikal. Kita, yang dulunya mencari malam jika hilang arah, berjanji bertemu saat jeda lalu berakhir sampai saling memejam mata. Kita tadinya, ialah sebuah kemungkinan yang kini menjadi sepasang orang asing. 

Saya sejujurnya pun tidak berteman dengan mantan-mantan saya. Sampai saya sudah bermigrasi ke beberapa kota perantauan dan sudah meniti karir, pun, semesta tampaknya masih merasa ada beberapa pasang di dunia ini yang memang tidak ditakdirkan untuk berteman sebagai mantan.

Masa pacaran saya bukanlah seindah pengalaman naik kuda putih laksana dongeng-dongeng masa lalu. Tapi di usia yang ke tiga puluh satu tahun ini tak dipungkiri bahwa saya menyadari ada banyak hal yang memang bisa hilang di sepanjang perjalanan. Pun, kita bisa memeluk hal yang lalu, sehingga mampu memberikan ruang untuk hal baru. 

Masa lalu tak selamanya harus selalu dianggap gelap dan tertutup rapat, akan tetap ada setitik celah terbuka yang kadang tak kita sadari adanya pada sosok-sosok masa lalu. Mereka membantu menerangi beberapa hal pada kita jika memang sudah waktunya untuk bersinar. Maka sejujurnya saya juga tidak keberatan berteman dengan mantan. 

Karena untuk setiap pertemuan yang tercipta, Tuhan sedang menggariskan makna. Karena untuk setiap momen kami bersama, aku berani berkata aku tak pernah menyesalinya. Karena untuk setiap keputusan yang sengaja walau tak sengaja terjadi, aku tak pernah mengingkarinya.

Masa lalu, tak selalu harus dianggap benda usang yang harus disimpan di dalam gudang. Cukup mengakui bahwa pada tiap orang yang pernah singgah, Tuhan pernah menitipkan bahagia. Mereka ada untuk membentuk pribadi kita yang sekarang. Mereka pernah ada menjadi doa-doa yang mengudara. Mereka ada untuk saling mengukir kisah, walau di dalamnya juga terdapat goresan sajak-sajak luka. 

Kasus Cooper yang awalnya susah menerima akhir dari hubungannya dengan Billie dan memutuskan untuk gonta-ganti pasangan ranjang mengakhiri keputusan kekanakannya setelah ia terlibat dalam kecelakaan besar yang hampir merengut nyawanya. Pelarian yang ia lakukan seperti apapun tidak akan pernah bisa mencoba mengisi kekosongan di dalam hidupnya. 

Saya dalam hal ini mengakui akan ada masa dimana kedua insan yang memutuskan mengakhiri hubungan harus memiliki waktu. Mungkin mereka tidak akan dapat langsung berkomunikasi dengan baik dan profesional. Mereka masih bergulat dengan perasaan masing-masing. Tapi jika waktu yang dibutuhkan telah usai, sepertinya tidak masalah kalau hubungan mereka dilakoni sebagai teman biasa.

Saya tak tahu kapan hubungan selanjutnya akan kembali mampir ke kehidupan saya. Saya hanya bisa berharap hubungan tersebut ialah tempat pemberhentian saya selamanya. Tapi, jika saya memang harus berhadapan dengan skenario lain, saya harap saya bisa berteman dengannya,.. walau sebagai mantan.



Postingan Lama Beranda

ABOUT AUTHOR

Ada fajar yang terus mencari senja, ia menjelajah ruang-ruang asing tanpa garis batas. Ada rahasia dibalik tirai yang tertutup rapat, pada musim layang-layang ia terlipat rapi. Ada Aku, yang tersimpan rapi dalam bingkai bernama Blog. Agar kaki ini mampu kemanapun, untuk selalu bersamamu.
Hi, I'm Dewi Arianna Manullang. Just an ordinary woman who loves coffee, poem, writing, blogging, and journaling very much. I currently live in Jakarta. In this blog I talk about many things. Nothing specific will be posted here. I will post anythings that interest me. Things that suit my mood, letting them flow in written form. For any business inquiries or collaboration, etc you may contact ariannadewi@gmail.com ❤

Follow us

POPULAR POSTS

  • [REVIEW] Lucky Sundae Strawberry by MIXUE - Es Krim Lokal yang Must Try Banget!
    Jakartaa uda mulai musim panas nih. Saatnya mata ini mulai melihat-lihat mana yang bisa mendinginkan tubuh. Bikin adem, seger di mu...
  • 33 Years Old Me: New Age and New Resolution
    Januari. Tulisan ini didedikasikan untuk Januari. Bulan spesial. Bulan nya Saya. Mungkin tak cukup spesial bagi semua orang. Tapi hal itu be...
  • RUJAK BUAH NONIK [FOOD REVEW], Cemilan Pilihan di Masa Pandemi
    Rujak Buah Nonik Review - Pandemi yang belum lekang, memang paling pas jika menu cemilan kita pun turut disesuaikan. Dari yang tadinya junk...
  • Es Krim MIXUE Boba Sundae dan Oreo Sundae, [REVIEW] Edisi Duo Manis
    Es Krim Mixue Review - Haii sobat blogger. Selamat malamm. Suasana hati aku lagi ringan banget nih pas nulis ini. Kenapa lagi dong kalo...
  • Palung Mariana
    Aku gelap Aku pekat Aku dalam. Titik terdalam di bawah bumi Aku tidak terselami ada bangkai yang mengendap di dasarku, tentang s...

Categories

  • #dearjournal 12
  • #Kesehatan 7
  • #poem 10
  • BPNRamadhanChallenge2022 4
  • covid-19 5
  • donor darah 1
  • Foodie 8
  • Lifestyle 4
  • Partnership 5
  • Review 12
  • sajak 4
  • Sinema&Drama 3
  • syair 3
  • Vaksinasi booster 1
  • Viu 2
  • wisma atlet 2

Advertisement

Blogger Perempuan
BloggerHub Indonesia
Diberdayakan oleh Blogger.

Tiap kali kamu rindu, bertamulah ke dalam Blog ini. Disini ia bersembunyi, si perangkai sajak.

Dewi Arianna Manullang
DKI Jakarta, Indonesia
Lihat profil lengkapku

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Cari Blog Ini

Arsip Blog

  • Maret 2025 (1)
  • Januari 2025 (2)
  • Agustus 2024 (1)
  • Juni 2024 (1)
  • Januari 2024 (1)
  • Mei 2023 (1)
  • Maret 2023 (2)
  • Januari 2023 (2)
  • November 2022 (3)
  • September 2022 (2)
  • Agustus 2022 (1)
  • Juli 2022 (1)
  • Juni 2022 (1)
  • Mei 2022 (1)
  • April 2022 (5)
  • Maret 2022 (8)
  • Februari 2022 (7)
  • Januari 2022 (1)
  • Beranda

FOLLOW US @ INSTAGRAM

About Me

Total Tayangan Halaman

Popular Posts

  • [REVIEW] Lucky Sundae Strawberry by MIXUE - Es Krim Lokal yang Must Try Banget!
    Jakartaa uda mulai musim panas nih. Saatnya mata ini mulai melihat-lihat mana yang bisa mendinginkan tubuh. Bikin adem, seger di mu...
  • RUJAK BUAH NONIK [FOOD REVEW], Cemilan Pilihan di Masa Pandemi
    Rujak Buah Nonik Review - Pandemi yang belum lekang, memang paling pas jika menu cemilan kita pun turut disesuaikan. Dari yang tadinya junk...
  • Es Krim MIXUE Boba Sundae dan Oreo Sundae, [REVIEW] Edisi Duo Manis
    Es Krim Mixue Review - Haii sobat blogger. Selamat malamm. Suasana hati aku lagi ringan banget nih pas nulis ini. Kenapa lagi dong kalo...
  • SCARLETT BODYCARE, Bekal Pilihan Selama Menjadi Garda Terdepan - JOURNAL
    Halo sobat blogger! Akhirnyaaa seperti yang kalian tahu saya sudah menempuh istirahat dua minggu dahulu sebelum akhirnya diizinkan pulang da...
  • Tahun 2023, Kelinci Air yang Sejuk
    Hiruk pikuk bunyi terompet dari kejauhan, kembang-kembang api yang menunggu memulai semburatnya di udara. Ini tentang malam perg...
  • Topokki ALL YOU CAN EAT [Review] di DOOKKI Korean Food Buffet
    Topokki ALL YOU CAN EAT [Review] di DOOKKI -   Anyeong chinguu! Pada suatu waktu, aku diajakin temen kantor untuk mencoba resto...
  • Rangkaian Penghalau Jerawat dari SCARLETT; Tetap Kinclong Dengan APD
    Penghalau Jerawat SCARLETT - Waktu berlari seperti jarak pendek, cepat namun tak tergesa. Tahun 2022, macan air...
  • Palung Mariana
    Aku gelap Aku pekat Aku dalam. Titik terdalam di bawah bumi Aku tidak terselami ada bangkai yang mengendap di dasarku, tentang s...
  • Excitednya Hari Pertama Puasa Bagiku Yang Tidak Menjalankan
    Hari Pertama Puasa - Finallyyyyyy sudah sampaii di bulan ini juga, bulan Ramadhan. Tidak terasa waktu benar-benar berjalan maju pada rotasin...
  • Tiga puluh dua
    -4 Januari 2023, Jakarta, yang sedikit mendung- Rintik hujan jatuh turun memeluk bumi. Aroma laut teredam sementara, mungkin itu...

Pengikut

Advertisement

Copyright © 2016 Dewi Arianna Manullang. Created by OddThemes