Dewi Arianna Manullang
  • Home
  • BLOG
    • #Dear Journal
    • Kesehatan
    • Poem
    • Foodie
  • Sinema&Drama
  • Partnership
  • REVIEW
  • Contact Me
    • Twitter

 

27 Oktober 2023, pada musim panas dan terik di Jakarta Utara, hari terakhir dari rangkaian pelaksanaan Akreditasi Klinik yang melelahkan, disitu ia pertama kali muncul. Rasa gugup pasti ada namun ntah mengapa tak terlalu besar, tapi rasa penasaran sangat mendominasi. Karena dia adalah sosok yang kukenal sudah sejak pertengahan tahun 2018 lampau, yang karena peraturan alam semesta kami hanya baru boleh berjumpa sekarang. Lagian tak masalah jika berawal dari perasaan penasaran, bukan? Karena yang tak pantas adalah jika diawali oleh sebuah nafsu.

Pertemuan berlangsung biasa-biasa saja. Hingga kita sampai pada pertemuan kedua, di sebuah toko donat. Aroma harum dari kue-kue manis bercampur wewangian latte yang sedang diracik, bersemburat di udara, mengalir dan terhirup oleh pengunjung. Hangat, sehangat suasana perbincangan di salah satu meja di lantai 2. Kita berbicara tentang hal apapun, dan entah apa ingat, disitu secara tersirat kau memujiku cantik. Malamnya saat kau mengantarku pulang ke depan lobby apartemen, langit hitam berarak tinggi, seperti ada semburat bintang jatuh melesat di angkasa, aku mulai merasakan sesuatu. Suatu yang tak wajar. Ada yang bergejolak di dalam dada, berdetak pesir, hangat, candu..

Setahun kita berjalan beriringan, aku mendampingimu semaksimal yang kumampu, bersama menaiki tajam dan curamnya roller coaster kehidupanmu saat ini. Aku tidak dapat merasakan sebagaimana para perempuan lain yang terlebih dahulu kau kencani. Kau bahagiakan mereka tanpa mengenal batas. Sementara disini aku, menerima keterbatasanmu hanya untuk menjadi kesia-siaanmu. 

Kau menyakiti perasaanku dengan kata-kata yang tak semestinya, sampai detik ini kata maaf pun tak pernah berucap dari mulutmu. Kita saling berteriak penuh amarah, hal yang seharusnya tidak dilakukan olehmu yang selalu meninggalkan wangimu di pakaian yang kukenakan tiap kali kita berjumpa. 


Aku tahu Tuhan yang memberi jalan, dan aku yang menjalani.  Aku tidak akan mengkambinghitamkan Tuhan jika saat ini aku salah jalan. Aku akan menyalahkan diriku yang memilih jalan ini. Aku maafkan, atas semua kata-kata kasarmu, yang masih membuat luka di dadaku sampai saat ini. Tapi, mungkin ini adalah sebuah sudah. Cinta yang mungkin sudah saatnya selesai.

Tuhan yang menciptakan cinta, dan aku yang menjatuhkan cinta tersebut padamu. Aku percaya ini bukan sebuah kesalahan, karena waktu yang mengantarkanmu untuk bertemu dan memelukku tidak pernah salah.

Namun, mungkin bukan kamu nya yang salah, tapi lajurnya. Lajur yang mengantarkanmu padaku, sudah berhenti.




Januari. Tulisan ini didedikasikan untuk Januari. Bulan spesial. Bulan nya Saya. Mungkin tak cukup spesial bagi semua orang. Tapi hal itu berlaku untuk saya.


Tiga puluh tiga tahun genap hidup di dunia ini, masih banyak hal-hal yang belum dicapai. Hal yang diam-diam masih dilangitkan, naik ke angkasa, sampai ke para penguasa. 

Tiga puluh tiga tahun, pertama kali menginjakkan kaki di klub malam, mulai menikmati saat-saat tak dapat berpikir jernih karena alkohol yang menghanyutkan, melebur bersama dendang musik DJ dan tarian-tarian yang semakin larut biasanya semakin liar. 

Tiga puluh tiga tahun. Putus. Atas semua keputusan yang diambil, semua luka dan kekecewaan. Tak boleh berpikir kenapa harus putus, namun bagaimana kalau tidak putus-putus. Kata nenek moyang, balikan sama mantan itu sama seperti berusaha memasang mematut kembali serpihan cermin yang tlah pecah. Mau diusahakan bagaimana pun, sudah rumit dan berjejas.

Tiga puluh tiga tahun. Berani keluar dari lingkaran pertemanan toksik. Berani berkata tidak. Karena tak semua teman kehilangannya patut ditangisi. Tidak semua orang dapat menjadi teman. Teman adalah sosok penuh kasih yang mengerti batasan-batasan yang kita buat tanpa bertanya mengapa, hanya perlu cukup diam memahami tanpa perlu tau apa. 


Januari menjadi kelam seketika karena puncak kejenuhan atas lingkaran toksik, tapi saya disadarkan kembali. Tuk melihat sekeliling saya. Tuk fokus pada berkat. Yaitu ada mereka, orang-orang gila yang dihadirkan Tuhan ke hidupku. Dimana mereka sudah melihat wajah asliku tanpa make-up dari lagi pulas tertidur sampai bangun tidur dengan rambutku yang terangkat bagai singa. Dari yang terbirit-birit pagi hari ke kamar mandi kantor karena belum mandi dari rumah, sampai sudah memoles diri hingga seantero penghuni kantor mencuri pandang.


Tiga puluh tiga tahun. Mulai semakin kukuh mengejar cita-cita. Saya tau jalan yang akan saya lalui berbeda dengan yang lain. Jalan yang banyak bebatuan dan bebukitan untuk ditanjak diikuti jurang dalam yang entah mana dasarnya pun mungkin harus saya jalani. Tapi saya tau bahwa Tuhan berjalan di samping saya, di belakang saya dan di depan saya. Saya bisa bersandar kepada Nya. 


Di usia segini dan kondisi finansial yang begini, menurut akal manusia saya mungkin saya tidak akan pantas melanjutkan sekolah. Tapi tidak ada salahnya mencoba dulu. Kenapa saat saya bertanya kepada Nya tentang prodi apa yang harus saya ambil, perkataannya seolah jelas mengarah ke suatu spesialisasi tertentu. Pintu yang tadinya tergembok rapat itu pun, mulai terbuka sedikit demi sedikit. 


Saya hanya perlu tetap mengingat bahwa meskipun saat ini saya tertatih-tatih, tidak ada pilihan lain selain terus maju. Bagaimana saya ingin turut maju dan menjadi berkat lebih banyak lagi di bidang spesialisasi tersebut. 

Saya bersyukur atas pekerjaan yang diberikan, walau terasa lelah, namun pekerjaan ini adalah yang dari dulu saya panjatkan doanya. 

Saya bersyukur atas pintu-pintu yang mulai terbuka, semoga menjadi jalan bagi saya untuk masa depan yang selaras dengan kehendak Tuhan. 


Happy Birthday, Me!!!!!



-4 Januari 2023, Jakarta, yang sedikit mendung-
Rintik hujan jatuh turun memeluk bumi. Aroma laut teredam sementara, mungkin itu musim yang beberapa hari ini menemaniku dalam menggenapi kenyataan bahwa sudah tiga puluh dua tahun aku dipercayakan hidup di atas permukaan bumi.

Hari berjalan biasa-biasa saja. Menghadiri undangan interview dari salah satu tempat dan sesampai di kantor menenggak sebuah sloki dari atasan. Pizza Limo 1 meter dua kotak, disertai perbincangan saya dengan atasan siang itu.
"dok..dokter jangan pulang dulu ya.."sahutnya, dengan mata menerawang. 


Kali kedua aku merayakan ulang tahun di tempat yang sama, dengan orang-orang yang sama. Tidak ada yang berbeda, kecuali mungkin di ulang tahun kali ini aku sudah memiliki seseorang yang bisa menguras emosionalku. Seseorang yang tak kutahu akan sampai dimana lajunya denganku. Akan tetap berada di jalur yang sama atau akan berbeda jalur denganku di kemudian hari.


Berterimakasih kepada orang-orang yang dihadirkan. Orang-orang yang memberikan berkat, yang mungkin belum tentu bisa kubalas saat ini. Tapi akan kubalas nanti, suatu hari nanti, di kemudian hari. 

Tiga puluh dua bukan lagi bisa dikatakan usia muda. Tapi mungkin belum tua-tua banget juga wkwkwk. 

Saat ini sudah masuk pertengahan tahun. saya tidak menyangka tulisan ini tertunda begitu lama untuk dapat siap saya publikasikan di laman blog saya. Ada hal-hal yang setengah tahun belakangan mencuri perhatian. Kesibukan bekerja tentu menjadi salah satunya. Melamar pekerjaan kesana kemari. Dan saat ini saya akhirnya resmi terpanggil untuk melayani di salah satu Rumah Sakit Swasta di Rawamangun. 

Saat ini saya sudah cukup banyak berubah. Berubah hampir dalam hal apapun. Saya tidak berminat lagi nongkrong selepas kerja sampai larut malam, lebih memilih langsung pulang ke rumah berdiam di kamar menanti pagi. Saya tidak suka berkenalan dengan banyak orang ataupun sekedar berbasa basi jika berpapasan di jalan, ya, saya memilih menghindar, segera pergi dan buru-buru ke tempat tujuan saya atau sekedar mencari tempat persembunyian. Saya mencari sunyi. Ruangan sepi. Tanpa ada siapa-siapa. 

Padahal saya dahulu saya adalah seorang extrovert. Saya suka berdekatan dengan banyak orang. Mendapat energi dari aktivitas sosialisasi. Saya suka mengenal banyak orang, menjalin pertemanan walau hanya sebuah hubungan palsu, hanya sebuah say hello. Ya, dulu. Kini, saya tak merasa harus menyapa orang jika saya sedang malas. Saya lebih memilih melengos dan pura-pura tak melihat. Saya tidak peduli. Entah sejak kapan, perasaan saya seperti mati. Redup. Tidak lagi memancarkan sinar hangat yang ramah yang dulu banyak dikagumi orang-orang. 

27 Agustus 2024, Malam meninggi, Pukul lebih dari 12 Malam. 

Mungkin, saatnya kuakhiri tulisan yang sudah tertunda 8 bulan ini. Ini hanya sebagai jurnal untuk yang ingin lebih mengenal. Karena aku tau, yang benar ingin mengenal akan membuka halaman ini.
 
    











Aku gelap

Aku pekat

Aku dalam. Titik terdalam di bawah bumi

Aku tidak terselami


ada bangkai yang mengendap di dasarku, tentang senja, hujan dan cerita yang tlah usai. 

Puisi cinta yang tlah habis kubaca. Menjelma menjadi seseorang yang tlah hidup.

di bawah jurang. Jurang lebar yang menganga

ia hidup. Sudah enam tahun ia hidup disana, karena ia adalah aku. dan aku di dalam ia

Banyak orang yang mencoba menyelami aku. Banyak yang tenggelam tanpa sempat mencari pertolongan. Banyak juga yang langsung keluar begitu tau betapa hitam dan mengerikannya aku.

Aku tidak tau kenapa aku sekarang berbentuk palung. Padahal dulu aku adalah bebukitan yang indah. Orang-orang menyukainya. Mereka disitu berlalu lalang, singgah dan bercengkrama. Di atas karpet bunga-bunga warna warni dihidangkan kopi hangat. 

Pada akhir suatu tahun, dimensiku membeku. Aku jatuh ke jurang, atas murka dan amarah para dewa. Jurang itu lalu menyatu denganku, membentuk perairan dalam dan dingin. Jurang misterius di bawah lautan, itulah aku. Palung mariana. Konon suhuku bisa mencapai satu derajat celcius. Tidak ada cahaya, dingin, minim oksigen, itu aku. Maka tak pernah ada yang berhasil menyelamiku. Karena aku mengerikan dan penuh misteri. 

Tapi orang-orang sering salah kaprah. Sebenarnya, aku adalah kehangatan. Aku bisa menghadirkan hangat bagi siapa pun yang membuatku nyaman. 

Tapi walau bagaimanapun, entah kenapa sekarang kepribadianku memang berubah. Aku tak terlalu senang bergaul. Aku berinteraksi hanya secukupnya. Aku lebih senang menyendiri di tempat-tempat sepi. Bersembunyi dibalik kesendirianku. Di ruanganku. Menulis sajak-sajak. 

Disini aku abadi, menunggu yang berhasil menyelam. Menyelam ke lubang hitam, bukan untuk karam, apalagi membuatku lebam. Namun untuk hidup bersamaku, tanpa perlu bertanya dari mana masa lalu ku.

Aku disini bersemayam, menunggu orang yang akan kucari saat terbangun karena mimpi buruk di tengah malam. Yang akan mencintai tanpa tapi. Yang tak kan meninggalkan hanya tuk menjadi sebatas ingatan. 

Aku hanya perlu menunggunya, meyakini segalanya akan pulih lagi. 

Ilustrasi Gambar Permukaan Palung Mariana [Google]




Awan hitam berarak manis, ketika waktu hampir menunjukkan tepat tengah malam. Sesosok tinggi semampai yang tak begitu disadari samar-samar melintas melewati diri. Di tengah semaraknya hilir mudik konser tengah kota, di bawah terang rembulan aku masih susah menerka bentuk parasnya.

Sumber: Pinterest

Memohon kepada semesta. Jangan lagi ada yang seperti ini. Datang hanya untuk mampir,lalu pergi begitu saja berpelisir. Muncul hanya untuk hilang, karena lajumu hanya niat berpetualang.

Tapi dari jauh hati yang paling dalam, sangat bersyukur bisa kembali menjatuhkan perasaan. atas tiap debaran kencang di tiap bincang. atas kekonyolan yang tak sengaja dilihatnya namun berbalas dengan tawa. Dan atas tatapan mata, yang membuatku hanyut.

Dia bercakap dengan temannya, entah dia menyadari kehadiranku makanya dia sengaja datang mendekat. Atau dia benar-benar hanya ingin mengobrol dengan temannya? Hanya semesta yang maha tau.

Kini sekian lama berselang, sosok itu tak pernah terlihat lagi. Hilang menjadi genangan. Karena dimensi masing-masing yang mungkin jadi bentangan. Entah sudah dimana beradanya sekarang. 

Jatuh cinta.. tak pernah bisa memilih. Apapun status kita, dimanapun strata kita, siapapun orang tua kita, bagaimanapun keadaan pernikahan kita, yang aku ketahui, cinta tak pernah bisa memilih dimana ia tiba-tiba akan menjatuhkan perasaan. Tapi, kita bisa memilih keputusan apa yang kita lakukan. Keputusan yang rasional dan tepat. Keputusan yang manusiawi sebagai sebaik-baiknya manusia. 

Jatuh cinta diam-diam harus mampu bertahan dalam-dalam. Jatuh cinta diam-diam mampu walau hanya curi-curi pandang, detak jantung sudah mabuk kepayang. Jatuh cinta dalam diam, selalu sanggup berteman dengan rindu yang menggumpal, yang panjangnya sudah berjejal-jejal.

Kenapa hubungan kita belum bergerak maju. Mungkin karena memang sudah begini seharusnya. Bahwa kita tidak digariskan pada laju yang sama. Bahwa kita, hanya bisa saling mengagumi dari kejauhan tanpa pernah mengutarakan rasa. Agar tidak perlu ada kata perpisahan. Walau patah bisa tetap terjadi walau tanpa perpisahan.




Rindu bisa tercipta, karena kita pernah memiliki kenangan bahagia

Kepada siapapun orangnya, terhadap apapun halnya, untuk apapun pengalamannya


Kita bisa rindu kepada malam, malam hening yang biasa menyapa. Tanpa perlu memikirkan esok, tanpa perlu tau apa yang terjadi esok.

Kita bisa rindu kepada pagi, pagi yang hadir di kepala, bersama mimpi-mimpi yang tak pernah meredup. Pada caranya menggoreskan pena, dengan wanginya yang tertinggal di pakaian yang aku kenakan.

Bahkan rindu kepada siang, dimana tangis jatuh begitu saja tanpa bisa ditahan. Gelisah yang menyeruak tanpa kendali. Dan kepada sepi, karena membuat anak manusia semakin mengenali dirinya sendiri.

Ada saatnya hari dimana aku enggan untuk menanggapai siapapun, malas berceloteh dengan siapapun. Yang dipikirkan hanya beban, tanggung jawab, dan segala warisan yang harus dipikul mendadak begitu saja. 

Hidup tak selalu harus berjalan mulus, memang, akan ada pasir runcing bisa kerap melukai. Mencuri damai dalam bingkai. Dikira bungarampai padahal bangkai.


Namun, kita bisa tetap memilih bersyukur. Simpuh syukur atas segala apa-apa, bukan hanya pada apa-apa yang baik. Namun juga atas apa yang tidak. Bersyukur bukan karena nasib kita lebih baik daripada nasib orang lain, namun bersyukur.. yaa.. semata-mata karena kita tau Tuhan baik. Tuhan baik bukan hanya saat keadaan kita sedang baik, walau kita sedang tidak baik pun, Tuhan tetap baik.

Mungkin kita sedang disuruh menunggu, menunggu sesuatu yang kita tak tau ada apa dibalik pintu. Menunggu tanpa tau kemana laju sedang membawa, serupa udara yang terus kau hirup tetapi tak pernah kau temukan wujudnya. Menunggu, karena beberapa pilihan kita membawa kita ke tempat yang tidak kita duga.


Mungkin kita hanya perlu mengubah persfektif. Karena hidup tanpa pergumulan hanya akan membuat kita menjadi manusia sombong. Tidak hidup berdasarkan perasaan atau pikiran yang tidak pasti, melainkan hiduplah berdasarkan kebenaran Firman Allah.

Rindu tak pernah melegakan, walau ia memang terbentuk dari kenangan bahagia. Mungkin, Tuhan memang sedang memberi jeda, untuk kita tau bahwa dunia tak selalu berjalan mengikuti laju kita. Mungkin Tuhan memang sedang memberi ruang, agar kita meluruh patah menjadi serpih untuk gampang Dia bentuk kembali menjadi seperti yang Dia inginkan.


Percaya, karena ini sementara,

Percaya, bahkan walau ini bukan sementara,

Hingga Tuhan berkata, waktumu untuk berada di jalur ini sudah berakhir.




Postingan Lama Beranda

ABOUT AUTHOR

Ada fajar yang terus mencari senja, ia menjelajah ruang-ruang asing tanpa garis batas. Ada rahasia dibalik tirai yang tertutup rapat, pada musim layang-layang ia terlipat rapi. Ada Aku, yang tersimpan rapi dalam bingkai bernama Blog. Agar kaki ini mampu kemanapun, untuk selalu bersamamu.
Hi, I'm Dewi Arianna Manullang. Just an ordinary woman who loves coffee, poem, writing, blogging, and journaling very much. I currently live in Jakarta. In this blog I talk about many things. Nothing specific will be posted here. I will post anythings that interest me. Things that suit my mood, letting them flow in written form. For any business inquiries or collaboration, etc you may contact ariannadewi@gmail.com ❤

Follow us

POPULAR POSTS

  • [REVIEW] Lucky Sundae Strawberry by MIXUE - Es Krim Lokal yang Must Try Banget!
    Jakartaa uda mulai musim panas nih. Saatnya mata ini mulai melihat-lihat mana yang bisa mendinginkan tubuh. Bikin adem, seger di mu...
  • 33 Years Old Me: New Age and New Resolution
    Januari. Tulisan ini didedikasikan untuk Januari. Bulan spesial. Bulan nya Saya. Mungkin tak cukup spesial bagi semua orang. Tapi hal itu be...
  • RUJAK BUAH NONIK [FOOD REVEW], Cemilan Pilihan di Masa Pandemi
    Rujak Buah Nonik Review - Pandemi yang belum lekang, memang paling pas jika menu cemilan kita pun turut disesuaikan. Dari yang tadinya junk...
  • Es Krim MIXUE Boba Sundae dan Oreo Sundae, [REVIEW] Edisi Duo Manis
    Es Krim Mixue Review - Haii sobat blogger. Selamat malamm. Suasana hati aku lagi ringan banget nih pas nulis ini. Kenapa lagi dong kalo...
  • Palung Mariana
    Aku gelap Aku pekat Aku dalam. Titik terdalam di bawah bumi Aku tidak terselami ada bangkai yang mengendap di dasarku, tentang s...

Categories

  • #dearjournal 12
  • #Kesehatan 7
  • #poem 10
  • BPNRamadhanChallenge2022 4
  • covid-19 5
  • donor darah 1
  • Foodie 8
  • Lifestyle 4
  • Partnership 5
  • Review 12
  • sajak 4
  • Sinema&Drama 3
  • syair 3
  • Vaksinasi booster 1
  • Viu 2
  • wisma atlet 2

Advertisement

Blogger Perempuan
BloggerHub Indonesia
Diberdayakan oleh Blogger.

Tiap kali kamu rindu, bertamulah ke dalam Blog ini. Disini ia bersembunyi, si perangkai sajak.

Dewi Arianna Manullang
DKI Jakarta, Indonesia
Lihat profil lengkapku

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Cari Blog Ini

Arsip Blog

  • Maret 2025 (1)
  • Januari 2025 (2)
  • Agustus 2024 (1)
  • Juni 2024 (1)
  • Januari 2024 (1)
  • Mei 2023 (1)
  • Maret 2023 (2)
  • Januari 2023 (2)
  • November 2022 (3)
  • September 2022 (2)
  • Agustus 2022 (1)
  • Juli 2022 (1)
  • Juni 2022 (1)
  • Mei 2022 (1)
  • April 2022 (5)
  • Maret 2022 (8)
  • Februari 2022 (7)
  • Januari 2022 (1)
  • Beranda

FOLLOW US @ INSTAGRAM

About Me

Total Tayangan Halaman

Popular Posts

  • [REVIEW] Lucky Sundae Strawberry by MIXUE - Es Krim Lokal yang Must Try Banget!
    Jakartaa uda mulai musim panas nih. Saatnya mata ini mulai melihat-lihat mana yang bisa mendinginkan tubuh. Bikin adem, seger di mu...
  • RUJAK BUAH NONIK [FOOD REVEW], Cemilan Pilihan di Masa Pandemi
    Rujak Buah Nonik Review - Pandemi yang belum lekang, memang paling pas jika menu cemilan kita pun turut disesuaikan. Dari yang tadinya junk...
  • Es Krim MIXUE Boba Sundae dan Oreo Sundae, [REVIEW] Edisi Duo Manis
    Es Krim Mixue Review - Haii sobat blogger. Selamat malamm. Suasana hati aku lagi ringan banget nih pas nulis ini. Kenapa lagi dong kalo...
  • SCARLETT BODYCARE, Bekal Pilihan Selama Menjadi Garda Terdepan - JOURNAL
    Halo sobat blogger! Akhirnyaaa seperti yang kalian tahu saya sudah menempuh istirahat dua minggu dahulu sebelum akhirnya diizinkan pulang da...
  • Tahun 2023, Kelinci Air yang Sejuk
    Hiruk pikuk bunyi terompet dari kejauhan, kembang-kembang api yang menunggu memulai semburatnya di udara. Ini tentang malam perg...
  • Topokki ALL YOU CAN EAT [Review] di DOOKKI Korean Food Buffet
    Topokki ALL YOU CAN EAT [Review] di DOOKKI -   Anyeong chinguu! Pada suatu waktu, aku diajakin temen kantor untuk mencoba resto...
  • Rangkaian Penghalau Jerawat dari SCARLETT; Tetap Kinclong Dengan APD
    Penghalau Jerawat SCARLETT - Waktu berlari seperti jarak pendek, cepat namun tak tergesa. Tahun 2022, macan air...
  • Palung Mariana
    Aku gelap Aku pekat Aku dalam. Titik terdalam di bawah bumi Aku tidak terselami ada bangkai yang mengendap di dasarku, tentang s...
  • Excitednya Hari Pertama Puasa Bagiku Yang Tidak Menjalankan
    Hari Pertama Puasa - Finallyyyyyy sudah sampaii di bulan ini juga, bulan Ramadhan. Tidak terasa waktu benar-benar berjalan maju pada rotasin...
  • Tiga puluh dua
    -4 Januari 2023, Jakarta, yang sedikit mendung- Rintik hujan jatuh turun memeluk bumi. Aroma laut teredam sementara, mungkin itu...

Pengikut

Advertisement

Copyright © 2016 Dewi Arianna Manullang. Created by OddThemes